NTT Bisa..
Ayo Membaca
Selepas tertulis dari slogan sederhana diatas, yang mungkin memberikan sesuatu yang positif bagi setiap peminat pembaca aktif. Entah buku, jurnal, koran, majalah atau yang lainnya. Spesifik yang, berkembangnya teknologi kearifan budaya membaca makin tumbuh, tidak terlepas keseharian seseorang. Ataupun, sering di ajak teman sepermainan untuk berkunjung ke Perpustakaan maupun di Taman Baca
Disana, kita akan melihat banyak buku berkualitas dengan pengarang yang berbeda-beda dengan ragam penulisan sesuai EYD. Bagi banyak orang Dekade berjalan, buku tidak menjadi hal penting karena media sosial menjadi peran utama.
Mengapa?
Pernyataan demikian, sudah lumrah terjadi. Kita tidak berasumsi yang ‘tidak-tidak’, ya-yah’, itu fakta dominan.
Bahkan, bisa merasakan kejenuhan jika tebal sebuah buku mencapai 200-300 halaman, tentu akan membuat seseorang menjadi malas membaca. Apalagi jika dalam,” mata batin, tercoreng Bahasa ” Baca apa gunanya”.
Baca juga : Formula 1 Kab. TTU Gelar Kegiatan Tur Literasi
Istilah yang kompleks ini, adalah stigma-stigma negatif yang membuat kita, sulit mengetahui dunia Literasi serta perkembangan masa kini.
Menurut banyak presepsi (asumsi), dari berbagai macam prasangka yang buruk, yang membuat kita jatuh di dalam lingkaran kebodohan, kesesatan, berkurang Intusiasi (kepekaan). Sesungguhnya, sangat memiliki Nilai Plus (+) di dalam. Namun, sesungguhnya adalah Perbedaan.
“Sampai NTT bisa, menjawab ilustrasi pembodohan pada setiap insan-insan di Provinsi Perbatasan?”.
Kegencaran Literasi terus melakukan incaran kepada Pecinta Literasi hingga seluruh Kabupaten. Nilai plus berada pada pengetahuan memadai, namun kenyataan pahit ini, masih membelenggu oleh Nilai Minus, peminat Baca di seantero Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Bagaimana menindaklanjutinya?
Baca juga : Jejak Alam Susah Di Tebak, Salah Siapa?
Menurut data di tahun 2021, Provinsi NTT masuk Urutan ke -19 dari 34 Provinsi di tanah air, Artinya, bahwa tingkat peminat baca masyarakat telah mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Bila ditelusuri, hanya mencakup untuk Provinsi NTT secara khususnya. Namun secara Rasional, Literasi di Indonesia, porsi kenaikan Literasi seperti apa?
Dikutip kominfo.com, fakta pertama, UNESCO, menyebutkan, bahwa Indonesia urutan kedua dari bawah soal Literasi Dunia, artinya Minat Baca sangat rendah. Pernyataan UNESCO demikian, sangat pula memprihatinkan 0,001%, artinya dari 1000 orang Indonesia, cuma 1 orang yang rajin membaca!.
Riset lain, berbeda bertajuk “Word’s Most Literate Nations Ranked” yang dilakukan oleh Central Connecticut State University, pada Maret 2006 lalu, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat 60 dari 61 Negara soal Minat Baca. Persis dibawah Thailand (59), dan diatas Botswana (60).
Mengingatkan pada konteks demikian diatas, kehadiran Duta Baca Indonesia, Gol A.gong serta rombongan dalam Safari Literasi di Nusa Tenggara Timur memberikan kontribusi besar demi kemajuan Literasi untuk Indonesia.
Dari beberapa kutipan diatas, memberi kesan yang berarti, partisipasi masyarakat dalam dunia Literasi perlu ditingkatkan setinggi mungkin. Awali dari peserta didik yang memiliki passion didalamnya. Bukan sekedar itu, Pemerintah Daerah mengharuskan mewadahi Komunitas-komunitas Literasi dengan dari kota hingga pedesaan, sehingga penciptaan diri dapat dipublikasikan dengan metode belajar mendominasi praktek-praktek di lingkungan sekolah, kampus dan masyarakat.
Semoga…
Salam Literasi.
(Melkianus Nino)