Oleh : Bartho B. Diaz Kono,S.Fil (ASN di Bagian Prokopim Setda TTU)
Kedatangan Paus Fransiskus khusus ke negara Indonesia dan Timor Leste bukan sekadar kunjungan seremonial, melainkan simbol sebuah ikatan spiritual dan etis yang mendalam. Dengan landasan filsafat estetis, momen ini dapat dilihat sebagai pertemuan antara iman dan budaya lokal, antara keindahan langit spiritual dan bumi realitas sosial. Ini mengingatkan kita pada bagaimana estetika tidak hanya mencakup seni rupa atau keindahan fisik, tetapi juga keindahan moral dan spiritual yang terpancar melalui tindakan konkret seperti persaudaraan dan belarasa yang ditunjukkan Paus Fransiskus.
Dalam konteks Nusantara dan Timor, tanah ini memiliki sejarah panjang yang penuh dengan kekayaan budaya dan keberagaman etnis. Kedatangan seorang tokoh agama global seperti Paus Fransiskus menyentuh rasa keindahan kolektif yang mencakup seluruh aspek kehidupan manusia. Dalam pengertian ini, filsafat estetis memandang peristiwa tersebut sebagai perwujudan keharmonisan antara yang transenden (langit iman) dan yang imanen (bumi budaya). Ketika Paus menginjakkan kaki di bumi ini, dia tidak hanya membawa pesan iman, tetapi juga membawa rasa hormat terhadap identitas dan keragaman budaya yang ada.
Baca juga: Kaum Ibu, Sosok Malaikat Gabriel, Dengannya,,,Badai Tak Pernah Berlangsung Lama “Strom Never Last”
Persaudaraan dan belarasa adalah dua nilai yang menjadi inti dari pesan Paus. Dalam filsafat estetis, persaudaraan dapat dilihat sebagai suatu keindahan relasional, yaitu hubungan yang melampaui sekat-sekat perbedaan dan membawa kita pada pemahaman akan kemanusiaan yang universal. Belarasa, di sisi lain, adalah bentuk keindahan moral yang muncul dari kemampuan manusia untuk merasakan penderitaan orang lain dan bertindak demi kebaikan bersama. Keduanya adalah nilai-nilai yang sangat relevan bagi masyarakat Nusantara dan Timor yang multikultural, di mana perbedaan agama, suku, dan bahasa sering kali menjadi tantangan dalam menciptakan harmoni sosial.
Paus Fransiskus, melalui tindakan dan pesannya, mencerminkan nilai-nilai estetis ini dengan cara yang otentik. Sikapnya yang inklusif dan terbuka terhadap semua golongan menegaskan bahwa iman bukanlah sesuatu yang memisahkan, melainkan menghubungkan. Di mana bumi Nusantara dan Timor dipijak oleh Paus, disitu langit iman, persaudaraan, dan belarasa dijunjung. Ini adalah visi estetis dari keindahan yang lahir dari integrasi iman dan kemanusiaan, sesuatu yang kita bisa rasakan secara mendalam, bukan hanya dalam ritus agama, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari.